Kartu Nusuk, Syarat Jemaah Haji Masuk Masjidilharam
- account_circle REDAKSI
- calendar_month Sel, 13 Mei 2025
- visibility 278

JAKARTA — Selain paspor, para jemaah haji resmi kuota pemerintah, baik jemaah haji reguler maupun haji khusus, akan dibekali dengan Kartu Nusuk.
Ini kartu bukan sembarang kartu. Sebab dialah yang membedakan mana jemaah dengan visa haji, mana yang visa ilegal.
Tak heran jika disebut sebagai nyawa “kedua” bagi para jemaah.
Tanpa kartu iniseorang jemaah tidak akan diizinkan masuk ke wilayah Makkah, apalagi mengikuti rangkaian puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Kartu Nusuk adalah identitas digital resmi dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, diberlakukan sejak 2024.
Bentuknya berbahan PVC berukuran panjang, dengan dominasi warna putih-cokelat, berisi foto jemaah, kode QR, dan nomor visa. Fungsi utamanya tentu verifikasi jemaah resmi untuk mencegah masuknya jemaah ilegal.
Saking pentingnya, kementerian meminta jemaah haji selalu mengalungkan kartu ini di leher. Selain sebagai identitas, juga menjadi kartu sakti untuk memasuki berbagai titik layanan. Tanpa Nusuk, tak bisa masuk.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief menjelaskan bahwa ada tiga fungsi utama kartu Nusuk. Pertama, Nusuk adalah layanan dari syarikah. Tahun ini, layanan jemaah haji Indonesia dikelola delapan perusahaan swasta yang disebut sebagai syarikah.
“Setibanya di Madinah, jemaah akan ditempatkan di hotel yang telah ditentukan oleh syarikah. Nah, sebelum bergerak ke Makkah, setiap jemaah akan diberikan Nusuk,” terang Hilman, Sabtu, 10 Mei 2025.
Menjadi tanggung jawab petugas, lanjut Hillman, untuk memastikan setiap jemaah memiliki kartu Nusuk. Hal itu akan mempercepat proses identifikasi dan pelayanan karena data jemaah sudah sinkron dengan data syarikah.
“Nusuk ini spesifik sesuai dengan syarikah yang melayani. Jadi, insyaallah tidak akan ada lagi cerita jemaah telantar karena ketidakjelasan layanan,” paparnya.
Kedua, Nusuk menjadi syarat masuk ke Masjidilharam.
Ketiga, kegunaan Nusuk akan sangat terasa saat puncak ibadah haji, yakni pergerakan massal jemaah dari Makkah ke Arafah, lalu ke Muzdalifah, dan Mina.
“Secara umum, Nusuk akan menjadi acuan data yang sangat penting untuk mengelola pergerakan 2 juta lebih jemaah. Jika data kita tidak akurat, dampaknya akan sangat besar,” tegasnya. (fix)
- Penulis: REDAKSI