Layanan Bus Shalawat Disetop demi ‘Mendesak’ Jemaah untuk Istirahat: Jangan Sampai Kejar Sunnah Tapi Gagal Dapat yang Wajib
- account_circle REDAKSI
- calendar_month Sab, 31 Mei 2025
- visibility 76

Bus Shalawat yang biasanya mengantar jemaah haji dari Hotel ke Masjidil Haram.(kemenag.go.id)
Makkah – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama meminta seluruh jemaah haji asal Indonesia untuk mulai mengurangi aktivitas fisik yang berat dan fokus mempersiapkan diri menyambut puncak ibadah haji yang akan dimulai dalam beberapa hari ke depan.
Hal ini disampaikan menyusul pengumuman penghentian sementara layanan Bus Shalawat, yang biasanya mengantar jemaah dari hotel ke Masjidil Haram. Layanan ini akan berhenti beroperasi mulai Minggu, 1 Juni 2025 pukul 12.00 waktu Arab Saudi, sebagai bagian dari persiapan mobilisasi besar-besaran menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
“Kami sangat memahami keinginan jemaah untuk tetap memperbanyak ibadah di Masjidil Haram, namun pada masa jeda layanan ini, kami mohon jemaah tetap beribadah di hotel masing-masing,” ujar Sekretaris Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Arfi Hatim, Sabtu (31/5/2025), di Kantor Urusan Haji Makkah.
Arfi menambahkan, saat ini adalah momen penting bagi jemaah untuk menghemat energi dan menjaga kondisi tubuh menjelang puncak haji. Ia menyarankan agar jemaah lebih banyak mengisi waktu dengan ibadah ringan namun berdampak besar, seperti dzikir, membaca Al-Qur’an, atau memperdalam makna manasik.
Peringatan Serius dari Menteri Agama
Menteri Agama, Nasaruddin Umar, yang baru tiba di Jeddah, juga menekankan urgensi mempersiapkan fisik dan mental. Ia mengingatkan jemaah agar tidak terlalu mengejar ibadah sunah sehingga melupakan yang wajib.
“Kita selalu wanti-wanti, seluruh jemaah haji kali ini fokusnya kepada pelaksanaan haji. Jangan sampai kita mengejar sunah tapi gagal mendapatkan yang wajib,” tegas Menag.
Menag juga memberikan dua pesan penting bagi jemaah: pertama, pentingnya pemahaman mendalam terhadap syarat dan rukun haji; dan kedua, pentingnya kesiapan fisik yang prima.
Ia mencontohkan, walaupun seluruh layanan logistik seperti hotel, makanan, dan kendaraan telah dipersiapkan dengan baik, namun jika rukun haji tidak dikerjakan dengan benar, maka ibadah hajinya bisa tidak sah.
“Boleh jadi makanan, hotel, dan kendaraan kita siapkan dengan baik. Tapi kalau rukunnya tidak dikerjakan atau syarat hajinya tidak terpenuhi, maka ibadahnya bisa tidak sah. Ini yang harus kita jaga,” tegasnya.
Mobilisasi Besar ke Armuzna Dimulai 4 Juni
Sebagai informasi, jemaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan ke Arafah pada 4 Juni 2025. Puncak ibadah haji akan dimulai dengan wukuf pada 5 Juni (9 Zulhijah), disusul mabit di Muzdalifah dan Mina, serta pelaksanaan lempar jumrah mulai 6 Juni (10 Zulhijah) hingga 9 Juni (13 Zulhijah).
Selama masa jeda layanan transportasi, jemaah diminta tetap beribadah di sekitar hotel dan tidak memaksakan diri pergi ke Masjidil Haram. Bus Shalawat baru akan kembali beroperasi pada 10 Juni 2025 pukul 00.00 WAS (14 Zulhijah).
Dengan kondisi cuaca yang panas dan jadwal ibadah yang padat, pemerintah berharap jemaah benar-benar menjaga kesehatan dan memprioritaskan kesiapan diri demi kesempurnaan ibadah haji.
- Penulis: REDAKSI