Tidak Sedikit Jemaah Kehilangan Petugas Kloter, Murur di Muzdalifah Sulit Capai Target
- account_circle REDAKSI
- calendar_month Sen, 2 Jun 2025
- visibility 75

SAUDI – Sistem Syarikah yang diberlakukan Pemerintah untuk perjalanan Ibadah Haji tahun ini, banyak dikeluhkan jemaah maupun pembimbing haji.
Salah satu persoalan yang muncul saat di Arafah, adalah berubahnya penempatan jemaah saat tiba di Madinah tidak sesuai dengan sistem kloter.
Kondisi ini membuat ada jemaah yang terpisah rombongan dari pasangannya, bahkan petugas kloter berada di rombongan berbeda dari jemaah haji yang seharusnya dia dampingi.
Kondisi ini pun bisa berlanjut saat momen Armuzna (Arafah Muzdalifah dan Mina).
Salah satu pembimbing haji, Rafiq Jauhary, lewat media sosial, menyampaikan tidak yakinnya pada target Murur Musdalifah bisa terpenuhi hingga 25 persen.
“Target murur muzdalifah sejumlah 25% dari jumlah jamaah haji reguler terancam gagal mencapai target, hal ini karena tidak sedikit di antara jamaah yang berhaji tanpa didampingi oleh petugas kloter,” tulisnya.
Seperti diketahui, Murur atau cuma bermalam di bus (tak perlu turun untuk mabit di Muzdalifah), diterapkan untuk mengurangi kepadatan di wilayah pelaksanaan haji tersebut.
Ditargetkan, sebagian jemaah khususnya lansia agar cukup melakukan Murur sehingga kawasan tersebut bisa lebih lengang atau tidak padat.
Namun, menjadi persoalan karena banyak petugas terpisah dari jemaahnya. “Jamaah di syarikah A, sementara petugas di syarikah B. Hal ini membuat jamaah terpisah dari petugasnya.
Dalam beberapa group whatsapp koordinasi kloter, para petugas pun tidak tampak aktif dalam mendata target 25% jamaah yang akan dimururkan, karena para petugas tahu, daftar ini tidak ada gunanya, tidak ada yang mengawal kebijakan ini,” tulisnya lagi.
Target Murur Muzdalifah
Seperti diketahui, target murur muzdalifah sejumlah 25% dari jumlah jamaah haji reguler.
Metode ini diterapkan untuk mengurangi kepadatan jamaah haji yang bergerak dari Arafah menuju Muzdalifah dan Mina pada momen masyair atau rangkaian puncak ibadah haji.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Muchlis Muhammad Hanafi menjelaskan, Kemenag menargetkan 25 persen atau 55.250 orang jamaah haji ikut murur.
“Target peserta murur 25 persen dari total jamaah haji Indonesia,” kata Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Muchlis Muhammad Hanafi, dalam Bimtek Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Asrama Haji, Jakarta Timur, bulan lalu.
Muchlis mengatakan jamaah yang mengikuti murur terdiri atas jamaah lansia, jamaah risiko tinggi atau sakit, dan jamaah disabilitas beserta pendampingnya yang ada di seluruh kloter.Menurutnya, murur dan tanazul dapat mengurangi kepadatan saat proses mabit di Muzdalifah.
Teknisnya, jamaah haji dari Arafah langsung menuju Mina lewat Muzdalifah tanpa turun di Muzdalifah atau dengan kata lain hanya melintas di Muzdalifah.
Selain Murur, ada metode lain yang diterapkan yakni tanazul. Ini akan diikuti oleh lebih kurang 37.497 jamaah haji atau sekitar 95 kloter di Syisyah dan Raudhah.
Tanazul bersifat mandatori, berbasis kloter, dan dilaksanakan oleh 8 syarikah. Ada dua skema pergerakan jamaah haji yang melakukan tanazul.
Pertama, jamaah dari Arafah bergerak ke Muzdalifah kemudian ke Mina lalu masuk tenda di Mina hanya untuk istirahat atau sekadar melakukan kebutuhan MCK tidak menginap, lalu menuju Jamarat kemudian ke hotel.
Kedua, jamaah dari Arafah menuju Muzdalifah lalu langsung ke Jamarat karena di Mina hanya lewat, kemudian langsung ke hotel.
Menurut Muchlis, dua skema tanazul tersebut disesuaikan dengan kondisi fisik jamaah dan kesiapan kloter.
- Penulis: REDAKSI



