Cerita Gus Baha Kakek-neneknya Berhaji Sampai Setahun Lamanya di Tanah Suci
- account_circle REDAKSI
- calendar_month Jum, 16 Mei 2025
- visibility 189

Illustrasi jemaah haji era kolonial Belanda.(ist)
JAKARTA – Kemajuan sistem pelaksanaan Ibadah Haji zaman sekarang bisa jadi membuat kagum-kagum para leluhur jika saja mereka tahu. Ya, melaksanakan rukun Islam kelima ini pada tahun-tahun kemerdekaan Indonesia sekitar tahun 1950-an, penuh aral dan rintangan.
Gus Baha, atau pemilik nama lengkap KH A Bahauddin Nursalim menceritakan, pada zaman itu, ada Jemaah Calon Haji yang sampai setahun di Mekkah, bahkan tidak sedikit berangkat tapi kesasar ke negara lain dan jadi korban pemerasan.
Adapun jemaah yang bisa sampai setahun di Makkah itu, bisa terjadi karena setelah tiba di Tanah Suci menempuh perjalanan lewat kapal laut yang panjang dan melewati samudera, rupanya pelaksanaan haji sudah berakhir. Sehingga, daripada pulang ke Tanah Air, mending bermukim di sana, mencari kerjaan sembari menunggu musim haji berikutnya.
Menurut Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu,
fasilitas berhaji sekarang sudah enak.
“Kadang dapat gratis juga ketika mau haji,” jelasnya seperti dikutip dari Kanal Youtube PP Damaran 78 Mazroatul Ulum Official, pada Kamis (15/05/2025).
Gus Baha kemudian menceritakan kesulitan dalam haji yang dialami oleh para leluhurnya hingga tersesat di berbagai pulau dan negara. Di antaranya ada yang terpaksa tidak meneruskan perjalanan ke Makkah.
“Ada juga yang hanya sampai di Singapura saja lalu kembali ke kampung halaman. Ada istilah khusus bagi jamaah haji yang hanya sampai di Singapura dengan menyandang gelar Haji Singapura,” kata Gus Baha. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada jamaah haji yang terlantar di berbagai tempat sepanjang rute perjalanan haji.
Hal itu terjadi akibat kekurangan makanan, bahkan tidak memiliki uang. Di sepanjang perjalanan, jamaah haji Indonesia kerap ditipu karena tidak paham medan dan bahasa.
“Dulu buyut-buyut saya ketika haji melewati berbagai pulau-pulau dan tersesat ke mana-mana, sampai ke Aceh dan Singapura, ikut arus ombak yang membawa kapal,” imbuh Gus Baha.
Kisah kesulitan dalam proses haji ini, kata Gus Baha, tak jarang saat proses pelepasan jamaah haji menjadi sesuatu yang sakral dan mengharukan, lantaran waktu perjalanan haji yang sulit ditebak durasinya.
Tak jarang, jamaah haji Indonesia yang berangkat ke tanah suci mendarat saat prosesi haji sudah selesai, bahkan ketika wukuf di arafah, sebagian jamaah dari negara lain sudah perjalanan pulang.
“Kadang sampai di tanah suci ihramnya sudah selesai dan wukuf di arafah sudah selesai,” kata Gus Baha. Kakek dan nenek Gus Baha juga pernah melakukan perjalanan haji selama setahun.
Sebab ketika sampai di tanah suci, ibadah haji sudah selesai dan harus menunggu musim haji tahun depan. Untuk bertahan hidup, jamaah haji Indonesia melakukan berbagai pekerjaan, sebagian ikut majelis ilmu di Masjidil Haram. “Jadi, saya tanya: kok hajinya lama sampai setahun? Dijawab: sampai di sana haji sudah selesai, jadi mau pulang rugi ya nunggu tahun depan,” tutup Gus Baha.
- Penulis: REDAKSI



