Masih Ada Kasus Polio, Alasan Arab Saudi Wajibkan Jemaah Haji-Umrah Vaksin Polio Mulai 2025
- account_circle Imam Dzulkifli
- calendar_month Kam, 17 Jul 2025
- visibility 228

illustrasi vaksinasi untuk jemaah haji
JAKARTA – Rupanya ada alasan urgen yang mendasari Pemerintah Arab Saudi mewajibkan para jemaah haji Indonesia maupun jemaah umrah dari negeri ini untuk melakukan vaksin polio, alias Derived Polio Virus (VDPV).
Pakar kesehatan menegaskan kebijakan ini merupakan respons proaktif negeri itu terkait kondisi kesehatan global dan temuan kasus di dalam negeri.
“Kenapa tahun ini vaksin polio dilakukan pada jamaah haji kita? Karena kita melaporkan kasus yang namanya Vaksin Derived Polio Virus (VDPV),” ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor Tjandra Yoga Aditama, pada Rabu 16 Juli 2025 kemarin, seperti dilansir dari suaradotcom.
Dia mengungkapkan, keputusan pemerintah Indonesia untuk menyediakan vaksin polio bagi jamaah haji adalah bentuk respons terhadap kebijakan Arab Saudi. Mulai Maret 2025, Arab Saudi mewajibkan para pelaku perjalanan dari Indonesia untuk mengikuti vaksinasi polio.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga melaporkan adanya temuan kasus VDPV, yaitu salah satu jenis virus polio yang berpotensi menyebabkan kelumpuhan, terutama pada kelompok rentan seperti lansia. Kasus-kasus VDPV ini ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Aceh dan Tasikmalaya.
“Maka menurut regulasi kesehatan internasional, kalau ada satu negara (yang terjangkit penyakit), maka orang dari negara itu ketika bepergian ke negara lain menurut aturan harus divaksin,” ujar Prof Tjandra.
Adapun keputusan yang diambil pemerintah terkait vaksinasi ini pasti didasari oleh data-data perkembangan kasus yang dipantau secara ketat, menurut Ketua Bidang Kesehatan Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umroh Republik Indonesia (AMPHURI), Endy M. Astiwata.
Dia mengungkapkan, organisasi perusahaan travel umrah dan haji itu pun terus memperluas edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya vaksinasi yang dianjurkan pemerintah. Selain itu, juga turut mengawasi ketat agar tidak ada pihak-pihak yang melakukan kecurangan, seperti membeli “kartu kuning” vaksinasi palsu.
“Itu kita awasi betul, jangan sampai seperti itu. Karena kita ingin ini bukan hanya sekadar formalitas, tapi, juga proteksi,” ucap Endy, dikutip melalui Antara.
Ia juga meminta masyarakat untuk tidak melihat vaksinasi polio sebagai beban, melainkan sebagai tindakan esensial untuk melindungi diri dari penyakit menular selama menjalankan ibadah suci.
Vaksinolog Dirga Sakti Rambe ikut menggarisbawahi bahwa kelompok-kelompok yang sangat rentan, seperti anak-anak, lansia, maupun penderita komorbid (penyakit penyerta), harus menjadi prioritas dalam mendapatkan vaksinasi. Dirga menekankan bahwa kelompok rentan tetap bisa mengikuti vaksinasi selama kondisi kesehatan mereka stabil, tenang, dan tidak dalam kekambuhan penyakit.
“Jadi, jangan dibalik-balik ya, walaupun dia punya riwayat jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), segala macam, selama dia dalam kondisi stabil, tenang, maka dia boleh bahkan sangat penting untuk divaksinasi,” kata Dirga.
Ia juga secara tegas menyoroti bahwa vaksinasi bukan sekadar formalitas. Vaksinasi adalah perlindungan vital yang dapat menjaga kesehatan jamaah dari berbagai penyakit menular yang sering ditemukan di Arab Saudi, seperti meningitis, pneumonia, atau RSV.
- Penulis: Imam Dzulkifli



