Ditinggal Istri, Begini Cerita Haru Ayah dan Putrinya saat Menunaikan Ibadah Haji Bersama Tazkiyah Tour
- account_circle REDAKSI
- calendar_month Sen, 7 Jul 2025
- visibility 127

MAKASSAR — Perjalanan haji bukan sekadar serangkaian ritual ibadah, tetapi juga perjalanan spiritual yang penuh makna. Kisah mengharukan datang dari dua jemaah haji khusus Tazkiyah Tour 2025, Haji Muhammad Sabar dan putrinya, Miftahil Misabar, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Keduanya menjadi tamu dalam podcast resmi Tazkiyah Tour yang tayang di YouTube. Muhammad Sabar dan Miftahil membagikan kisah haru dan inspiratif dalam menunaikan rukun Islam kelima itu.
Dalam wawancara podcast, Sabat mengungkapkan awal mula berhaji lewat Tazkiyah, saat dirinya bersama istri tercinta, almarhumah Sariati, memutuskan untuk hijrah dari bank konvensional ke bank syariah.
Bersamaan dengan itu, mereka mendaftarkan diri untuk berhaji dan memilih menabung dana haji di BSI Ratulangi, yang memperkenalkan mereka kepada Tazkiyah Tour sebagai mitra resmi.
“Awalnya kami tidak tahu soal Tazkiyah. Tapi setelah dikenalkan oleh pihak bank BSI, dan melihat sendiri sertifikasinya (ISO 9001:2015.), testimoni, dan pelayanan, kami yakin Tazkiyah adalah pilihan terbaik,” ujar Haji Sabar.
Namun takdir berkata lain. Pada Februari 2025, beberapa bulan sebelum keberangkatan, sang istri berpulang ke Rahmatullah. Meski berat, Haji Sabar memutuskan tetap berangkat haji. Kali ini, ia ditemani oleh sang putri yang menggantikan posisi ibunya.
Bagi Miftahil, kepergian sang ibu menjadi momen penuh duka sekaligus titik balik. Ia mengaku sempat kaget dan tidak siap ketika ditunjuk menggantikan almarhumah ibunya untuk berhaji.
“Rasanya berat, apalagi ketika pertama kali melihat Ka’bah. Rasanya seperti membawa beban besar. Tapi saya niatkan semuanya sebagai doa untuk ibu,” tutur Miftah haru.
Berhaji di usia muda, Miftah merasakan pengalaman spiritual yang luar biasa. Ia mengaku sangat terbantu dengan pelayanan Tazkiyah yang membuatnya merasa tenang dan fokus beribadah. Mulai dari akomodasi, manasik, hingga pendampingan selama di Tanah Suci, semuanya tertangani dengan profesional.
Salah satu hal yang paling diapresiasi oleh keluarga ini adalah respons cepat dan empati dari manajemen Tazkiyah saat proses penggantian jemaah karena wafatnya sang istri. Tim Tazkiyah bahkan datang langsung ke rumah Haji Sabar untuk membantu pengurusan dokumen dan memastikan kelengkapan administrasi.
“Pelayanannya sangat luar biasa. Tidak berbelit-belit, bahkan datang langsung membantu kami yang sedang berduka. Ini bentuk pelayanan yang tidak hanya profesional, tapi juga penuh empati,” ujar Haji Sabar.
Dalam setiap langkahnya di Makkah dan Madinah, doa untuk almarhumah ibu senantiasa terlantun dari bibir Miftah. “Setiap sujud, setiap melihat Ka’bah, saya selalu berdoa agar semua ibadah saya menjadi pahala untuk ibu,” ungkapnya.
Meski sempat menghadapi tantangan cuaca ekstrem hingga 42 derajat, Miftah tetap menjalani rangkaian ibadah haji dengan lancar. Bahkan ia menyempatkan diri berjalan sendiri ke Masjidil Haram atau Nabawi, karena merasa tenang dan aman dengan lokasi hotel strategis yang disiapkan Tazkiyah.
Kisah Haji Sabar dan Miftahil menyimpan pelajaran tentang keikhlasan, keteguhan hati, dan kasih sayang dalam bingkai ibadah.
- Penulis: REDAKSI



