Berangkat Haji Berdua Pulang Bertiga, Pasangan Jemaah Asal Lumajang Ini Dikaruniahi Buah Hati saat Tawaf
- account_circle Muhammad Fadli
- calendar_month Kam, 18 Sep 2025
- visibility 23

JAKARTA – Berangkat haji berdua, Tristy Erlinawati dan Fachrizal Rahmad, jemaah asal Lumajang, kini pulang bertiga pada Selasa 2 September 2025 lalu. Tristy melahirkan saat menjalankan ibadah haji pada Juni lalu, dan membuat mereka baru bisa pulang tiga bulan setelahnya, karena proses pemulihan yang panjang.
Pasangan ini bersama anaknya, akhirnya tiba di Asrama Haji Surabaya pada Selasa 2 September lalu setelah tiga bulan berada di Arab Saudi.
Mereka pulang bersama anak keempat mereka, Nu’aim, yang lahir di Makkah saat musim haji.
Pasangan tersebut berangkat pada 26 Mei 2025 dalam kondisi kandungan Tristy masih aman untuk terbang (14–26 minggu). Pada 16 Juni pukul 23.45 WAS, Tristy melahirkan di usia kandungan 27–28 minggu. Air ketubannya pecah saat thawaf di putaran ketiga, meski tanpa kontraksi. Setelah diobservasi enam hari, kelahiran akhirnya tidak bisa ditunda.
Nu’aim lahir prematur dengan berat 1,2 kg. Selama dirawat di inkubator, beratnya naik menjadi 2,3 kg. Ia diizinkan pulang setelah bisa bernapas tanpa oksigen tambahan dan menyusu langsung. Selama tiga bulan, Tristy dan suami rutin mengantarkan ASI ke rumah sakit dan memperbanyak ibadah di Masjidil Haram.
Seluruh kebutuhan akomodasi, transportasi, dan konsumsi pasangan ini ditanggung pemerintah, termasuk saat mereka tinggal di Wisma Haji Daker Makkah. Setibanya di Tanah Air, mereka disambut Kemenag Jatim.
Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Jatim, Muh. As’adul Anam, menyatakan kebahagiaan atas kepulangan mereka. Saat ini masih ada dua jemaah Embarkasi Surabaya yang dirawat di Arab Saudi, serta satu jemaah asal Malang yang masih dalam proses pencarian dan identifikasi.
Kenang Melahirkan Setelah Melaksanakan Tawaf
Adapun Tristy mengenang, saat melaksanakan tawaf di Masjidil Haram pada putaran ketiga, air ketubannya pecah meski tanpa kontraksi.
“Sebelum melahirkan, saya sempat diobservasi tim medis selama 6 hari. Kehamilan masih diusahakan dipertahankan karena memang belum ada kontraksi. Namun qadarullah, ternyata Nu’aim lahir,” ceritanya.
Selama menunggu perkembangan kondisi sang bayi, pasangan ini menempati Wisma Haji Daker (Daerah Kerja) Makkah. Semua kebutuhan penginapan, transportasi, dan konsumsi ditanggung pemerintah.
Nu’aim lahir prematur di usia kandungan 27-28 minggu. Meskipun demikian, kondisi kesehatannya terus menunjukkan kemajuan.
“Awal lahir beratnya sekitar 1,2 kg, Alhamdulillah sekarang sudah 2,3 kg. Nu’aim diizinkan pulang oleh dokter setelah dia dapat bernapas tanpa selang oksigen, serta dapat minum susu langsung tanpa alat bantu. Jadi langsung menyusu ke ibunya atau ke botol/dot,” jelas Tristy.
Selama tiga bulan tinggal di Arab Saudi, Tristy dan suami rutin mengantarkan ASI ke rumah sakit tempat Nu’aim dirawat dalam inkubator. Di sela waktu itu, mereka juga memperbanyak ibadah di Masjidil Haram, baik thawaf maupun shalat sunnah.
Pasangan ini menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia dan Kementerian Agama yang telah memberikan bantuan yang optimal selama mereka berada di Tanah Suci hingga proses kepulangan ke Tanah Air.
Setibanya di Indonesia, pasangan suami istri dan sang bayi disambut oleh Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur, Muh. As’adul Anam, bersama para ketua tim dan perwakilan Kemenag Kabupaten Lumajang.
“Alhamdulillah, hari ini datang dua jemaah haji Embarkasi Surabaya beserta bayinya dengan selamat. Kami turut berbahagia atas kepulangan jemaah di Tanah Air dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Kepulangan jemaah ini semua ditanggung pemerintah,” kata Muh. As’adul Anam.
Di samping Tristy dan Fachrizal yang tertinggal dari rombongan kloternya, saat ini masih terdapat dua jemaah haji Embarkasi Surabaya asal Kabupaten Pasuruan dan Lumajang yang sedang berada di Arab Saudi karena menjalani perawatan medis. Sementara itu, satu jemaah asal Kabupaten Malang masih dalam proses pencarian dan identifikasi oleh Ditjen PHU Kemenag RI.
- Penulis: Muhammad Fadli
- Editor: Fitriani Heli