40 Orang WNI Dapat Undangan Haji oleh Raja Salman: Ada Politikus, Jenderal hingga 3 Tokoh dari Sulsel
- account_circle REDAKSI
- calendar_month Sab, 31 Mei 2025
- visibility 77

SAUDI – Ada 40 orang yang mendapat undangan dari Raja Salman, untuk berangkat haji pada tahun ini. Menariknya, tiga di antaranya adalah tokoh Sulawesi Selatan. Dari foto-foto beredar, kita sudah tahu siapa mereka: Andi Sudirman Sulaiman, Prof Hamdan Juhanis dan Prof Karta Jayadi.
Prof Hamdan Juhanis sendiri, mengaku tidak pernah membayangkan akan mendapat undangan Raja Salman untuk menjalankan ibadah Haji tahun ini.
“Dulu saat mendengar berita dari sayup-sayup, bahwa Raja Salman yang bergelar ‘Khadimul Kharamain’ (Penjaga Dua Kota Suci), memiliki program amal, berupa undangan melaksanakan ibadah haji, yang saya bayangkan betapa beruntungnya orang itu, dan rasa penasaran muncul seperti apa seluk beluk undangan khusus itu,” tulis Hamdan Juhannis.
Hamdan mengungkapkan asal mula dirinya mendapat undangan dari Raja Salman. Dia menyebutkan, dekan dari salah satu fakultas di UIN Alauddin Makassar, yakni Dr. Rauf Amin, diketahui punya hubungan baik dengan atase Agama Kedutaan Arab Saudi.
Kedutaan Arab Saudi sedang mencari orang dari kalangan kampus, untuk diberangkatkan haji. Akhirnya, dipilihlah UIN, dan dipilih orang tepat untuk mewakili UIN Alauddin.
Termasuk juga komunikasi yang dibangun oleh sahabat-sahabat lainnya, ketika pihak kedutaan melakukan profiling, terhadap orang yang akan masuk dalam list undangan khusus itu.
“Pelepasan dilakukan di sebuah hotel di Jakarta, yang dihadiri Bapak Menteri Agama dan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia.
Dari situ sudah terlihat gambaran kelompok tokoh yang mendapat undangan khusus ini,” ungkap dia.
Hamdan kemudian mencari tahu latar belakang orang-orang yang diberangkatkan tersebut, dan keterkaitannya dengan ibadah haji.
“Di sana juga saya mulai melakukan pemetaan kecil-kecilan, tentang pengelompokan tokoh yang mendapat undangan.
Pada pelepasan itu, saya melihat ada Bapak Muhaimin Iskandar, yang duduk berdampingan dengan Ibu Khafifah Indar Parawansa dan Bapak Andi Sudirman Sulaeman.
Setelah pelepasan, saya berbincang dengan Pak Andi Sudirman dan Ibu Khafifah, dua gubernur yang saya kenal baik, dan hanya itu memang gubernur yang mengenal saya,” terangnya.
“Mereka jadi peserta undangan khusus Raja. Dari situ saya berkesimpulan, pada undangan ini ada kelompok elit politik, sebutlah seperti itu.
Saya juga disampaikan oleh salah satu organizer acara, bahwa yang duduk di meja sana adalah seorang Jenderal bintang tiga, dan satunya adalah Wakapolda DKI, yang saya pasti tahu juga adalah seorang Jenderal. Dari situ saya berpikir, di antara rombongan ini ada elit militer atau semacamnya.
Saat saya ikut di belakang, Bapak Menteri Agama masuk ke ruang pelepasan, saya melihat beliau menyapa K.H. Cholil Navis, salah satu ulama tersohor di negeri ini, yang dikenal dengan ketajaman pikiran dan artikulasinya.
Saya berpikir juga, bahwa pada rombongan kami ada kelompok Kyai. Dan itu betul, karena setelah berada di Mekah, kami rupanya bersama juga dengan Prof. Uril Baharuddin, ketua Asosiasi Pengajar Bahasa Arab Indonesia (IMLA),” cerita Hamdan lagi.
Hamdan mengaku masih mencari tahu apa gerangan yang membuat mereka bisa dipilih untuk berhaji.
Tokoh lain yang diundang adalah Sekertaris Jenderal Kementrian Desa, Taufik Madjid, Dirjen Kerjasama Asean Kemenlu, Staf Ahli Kementrian Imigrasi, dan Staf Khusus Kementrian Tenaga Kerja, dan Staf Wamenlu.
“Selama dua hari berada di tanah suci, saya juga berkenalan dengan dokter, Dr. Muh. Yamin, Spesialis jantung.
Rupanya dari perbincangan kami, beliau pernah menjadi dokter kepresidenan. Jadi saya berasumsi ini pasti ada kelompok dokter.
Betul, karena belakangan saya berkenalan dengan peserta yang berprofesi sebagai dokter spesialis THT.
Masih ada lagi, kelompok saya, sebutlah sebagai kelompok akademisi, yang kebetulan mendapat tugas tambahan sebagai Rektor.
Dari awal saya penasaran, siapa di antara Rektor yang mendapat undangan. Rupanya ada tiga dari kami, Rektor ITS, Rektor UNM, dan saya dari UIN Alauddin.
Jadi saya melihat, bahwa semangat inklusifitas pada undangan ini sangat bisa terbaca. Itu bagian dari ikhtiar Raja Salman, untuk memberi ruang pada siapa yang dipersepsi sebagai repesentasi, untuk mendapatkan jalan meraih berkah.
Saya bahkan mendengar, bukan hanya undangan kepada tokoh, termasuk juga pada siapa saja yang memiliki kontribusi keumatan, yang dilatari dengan semangat ketulusan.
Anda pernah membaca berita kan, seorang marbot Masjid mendapat undangan khusus dari Raja Salman.
Sampai di sini dulu, saya masih harus lanjut berpikir, karena dari 40 peserta, tampaknya masih ada kelompok signifikan yang belum terbentangkan,” tutup Hamdan Juhannis lagi lewat tulisannya.
- Penulis: REDAKSI



