Jemaah Haji RI Melahirkan di Makkah, Diumumkan Bulan Sabit Merah Saudi
- account_circle REDAKSI
- calendar_month Rab, 25 Jun 2025
- visibility 112

SAUDI – Peristiwa tidak biasa terjadi di halaman luar Masjidil Haram di Makkah pada Jumat pagi, 21 Juni 2025. Seorang jemaah haji Indonesia dilaporkan telah melahirkan di pelataran Masjidil Haram.
Menurut Media Gulf News, Rabu 25 Juni 2025, otoritas Bulan Sabit Merah Saudi di Makkah mengumumkan salah satu tim ambulansnya berhasil membantu seorang ibu dari Indonesia melahirkan.
Ibu itu bersalin di lokasi setelah menerima panggilan darurat pada pukul 09.21 WAS, dari halaman selatan masjid. Dalam panggilan, seseorang melaporkan bahwa wanita itu menderita sakit perut parah.
Tim medis segera mengidentifikasi laporan itu sebagai tanda-tanda persalinan. Mengikuti protokol medis yang ditetapkan, tim segera melakukan persalinan di tempat kejadian.
Baik ibu maupun bayi baru lahir kemudian dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk evaluasi dan perawatan lebih lanjut.
Pihak berwenang mengatakan keduanya dalam kondisi stabil. Namun, tidak diterangkan identitas jelas jemaah haji dimaksud.
Otoritas itu hanya menyampaikan pentingnya komunikasi segera dalam keadaan darurat medis dan mendesak masyarakat untuk menggunakan nomor darurat 997, aplikasi seluler ‘Asefne’, atau fungsi panggilan darurat pada aplikasi Tawakkalna selama di Arab Saudi untuk memastikan pelacakan lokasi yang cepat dan akurat.
Aturan Berhaji saat Sedang Hamil
Diketahui, menurutvaturan ibu hamil boleh saja berangkat haji asalkan usia kandungan 14 hingga 26 minggu. Pemeriksaan calon jamaah haji hamil lebih tertib lagi.
“Ibu hamil itu boleh berangkat kalau usia kehamilan 14 – 26 minggu,” kata Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara ibadah Haji (PPIH), dr Fidiansjah.
Untuk itu, dia mengimbau jemaah yang berangkat jelang melahirkan, agar tidak menyembunyikan usia kehamilannya.
“Itu standar-nya kalau untuk haji. Tapi sekali lagi, dokter ‘berpikir positif’ bahwa setiap data yang disampaikan oleh jamaah, sehingga akhirnya memperpendek segala rangkaian tadi sesuai dengan keluhan. Nah ini, kalau ada orang yang berniat untuk menyembunyikan, maka akan ketemu kasus seperti ini,” papar dia.
Menurut Fidiansjah, tim medis sebaiknya tidak mudah percaya dari data dari calon jamaah haji.
“Walaupun ini ibadah, jangan mudah percaya 100 persen pada setiap data yang disampaikan, harus saling crosscheck, tidak sekedar data yang disampaikan secara lisan, lalu kita percaya begitu saja. Ini yang di embarkasi,” ungkap dia.
- Penulis: REDAKSI