Banyak Pasangan Jemaah Haji Beda Hotel, Dirjen PHU: Jangan Pindah Hotel Sebelum Melapor
- account_circle REDAKSI
- calendar_month Sab, 24 Mei 2025
- visibility 97

SAUDI – Perjalanan ibadah haji berbasis Syarikah, pada tahun ini membuat banyak jemaah haji yang terpisah dari pasangannya, atau pendamping keluarganya saat di Makkah. Petugas haji pun kini menata kembali penempatan jemaah agar pasangan yang terpisah bisa kembali dalam satu rombongan.
Namun, petugas mengingatkan jemaah jangan pindah hotel jika tanpa pemberitahuan ke petugas.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief, mengingatkan seluruh jemaah haji Indonesia agar tidak berpindah hotel secara mandiri tanpa melapor kepada petugas.
“Pemerintah saat ini sedang menata ulang data akomodasi jemaah, termasuk yang bergabung dengan keluarga, pasangan, atau lansia dengan pendampingnya. Oleh karena itu, kami minta dengan sangat agar jemaah yang berpindah hotel melapor ke petugas,” tegas Hilman di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Jumat (23/5/2025).
Menurut Hilman, pada saat kedatangan awal di Makkah, ada beberapa jemaah yang terpisah hotel dengan pasangannya (suami dengan istri, orang tua dengan anak, lansia/disabilitas dengan pendampingnya) akibat perbedaan syarikah. Hal ini kemudian telah diselesaikan, dengan adanya kebijakan penggabungan yang dikeluarkan Kemenag.
Namun, sebagian jemaah diketahui telah berpindah hotel secara inisiatif sendiri tanpa koordinasi dengan petugas kloter dan dilakukan sebelum kebijakan penggabungan diterbitkan. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah pada saat pergerakan besar ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Karenanya, Hilman meminta seluruh jemaah yang telah berinisiatif sendiri untuk pindah hotel, agar melaporkan ke petugas kloter atau sektornya.
“Kita ingin memastikan tidak ada jemaah yang tercecer. Semua yang sudah sampai di Tanah Suci harus tercatat dan terlayani dengan baik saat puncak haji nanti. Karena itu, pendataan akurat sangat krusial,” ujarnya.
Hilman menambahkan, proses pendataan ulang ini dilakukan pemerintah bersama perusahaan penyedia layanan, dan didukung sistem pelaporan digital serta koordinasi lintas sektor. Langkah ini juga bagian dari evaluasi terhadap dinamika yang sempat terjadi pada awal keberangkatan jemaah.
“Sebelumnya sempat terjadi selisih data karena perubahan di embarkasi, ada yang sakit, batal berangkat, atau bergeser kloter. Tapi sekarang sudah kami kunci 17 jam sebelum keberangkatan. Data inilah yang jadi acuan layanan di Arab Saudi,” jelasnya.
Ia juga meminta jemaah untuk disiplin dan aktif berkoordinasi dengan petugas kloter atau sektor, terutama saat membutuhkan penyesuaian tempat tinggal. “Semua langkah ini untuk menjaga keamanan dan kenyamanan jemaah sendiri,” pungkas Hilman.
- Penulis: REDAKSI